Rabu, 26 Maret 2014

Makna Sebuah Gurindam

                                                             Makna Sebuah Gurindam


Menurut buku Ilmu Budaya Dasar, Gurindam termasuk seni sastra lama, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian merupakan unsur dari kebudayaan. Bila diberi batasan, maka Gurindam adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.

Keestetikan bahasa Gurindam disebabkan karena kreativitas penyair dalam membangun isi Gurindam dengan menggunakan:
1. Figura bahasa, yaitu menggunakan majas (personifikasi, metafora, alegori, dan lain-lain).
2. Kata-kata yang memiliki ambiguitas atau memiliki banyak tafsir.
3. Kata-kata berjiwa yang menyebabkan puisi terasa hidup dan memukau.
4. Kata-kata yang konotatif yaitu kata-kata yang memiliki asosiasi tertentu, misalnya daun gugur dan kembang desa.
5. Pengulangan untuk mengintensifkan suatu hal sehingga lebih menggugah.

Oleh karena itu perlu wawasan yang luas dan pikiran yang lapang untuk mengartikan sebuah Gurindam.

Secara teoritis Gurindam adalah bentuk puisi lama yang terdiri dari dua bait, tiap bait terdiri dari 2 baris kalimat dengan rima yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula amsal, perumpamaan. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawaban nya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. gurindam ditulis dengan kata kiasan,hiperbola. biasanya dimaksud untuk menyinggung suatu objek baik secara negatif maupun positif.

contoh gurindam


Masa muda giat berjuang

Niscaya tua tiada berutang

cinta pacar sebesar gunung

cinta orang tua tiada ujung

kasihkan orang yang berilmu

tanda rahmat atas dirmu




ANALISIS

Gurindam tersebut berisi nasihat untuk menjalani kehidupan dengan baik dalam memperhatikan segi percintaan,kekeluargaan,ilmu, agar setiap manusia mampu menyadari dan menghayati kelak dimasa tua nanti akan tidak menyesal.


kata-kata kiasan seperti:

- tua tiada berutang: kelak tua nanti kelak kita tidak menyesal karena dari saat muda telah berjuang keras menjalani hidup

- cinta sebesar gunung(penggunaan majas personifikasi/ benda mati seolah-olah hidup.menunjukan memang cinta dari kita itu besar

demikian yang dapat saya tafsirkan dari gurindam tersebut.


sumber dan referensi:
http://carapedia.com/mengenal_pengertian_jenis_gurindam_info3795.html
 http://www.siputro.com/2012/09/pengertian-dan-ciri-ciri-gurindam/

Rabu, 19 Maret 2014

SUKU TORAJA



KEBUDAYAAN SUKU TORAJA



Kata toraja berasal dari bahasa Bugis, to riaja, yang berarti "orang yang berdiam di negeri atas". Pemerintah kolonial Belanda menamai suku ini Toraja pada tahun 1909. Suku Toraja terkenal akan ritual pemakaman, rumah adat tongkonan dan ukiran kayunya. Ritual pemakaman Toraja merupakan peristiwa sosial yang penting, biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari.

MANUSIA SUKU TORAJA

Suku Toraja adalah suku yang menetap di pegunungan bagian utara Sulawesi Selatan, Indonesia. Populasinya diperkirakan sekitar 1 juta jiwa, dengan 500.000 di antaranya masih tinggal di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara, dan Kabupaten Mamasa.Mayoritas suku Toraja memeluk agama Kristen, sementara sebagian menganut Islam dan kepercayaan animisme yang dikenal sebagai Aluk To Dolo. Pemerintah Indonesia telah mengakui kepercayaan ini sebagai bagian dari Agama Hindu Dharma.

Sebelum abad ke-20, suku Toraja tinggal di desa-desa otonom. Mereka masih menganut animisme dan belum tersentuh oleh dunia luar. Pada awal tahun 1900-an, misionaris Belanda datang dan menyebarkan agama Kristen. Setelah semakin terbuka kepada dunia luar pada tahun 1970-an, kabupaten Tana Toraja menjadi lambang pariwisata Indonesia. Tana Toraja dimanfaatkan oleh pengembang pariwisata dan dipelajari oleh antropolog. Masyarakat Toraja sejak tahun 1990-an mengalami transformasi budaya, dari masyarakat berkepercayaan tradisional dan agraris, menjadi masyarakat yang mayoritas beragama Kristen dan mengandalkan sektor pariwisata yang terus meningkat.


KEBUDAYAAN


a.       SISTEM RELIGI



Sistem kepercayaan tradisional suku Toraja adalah kepercayaan animisme politeistik yang disebut aluk, atau "jalan" (kadang diterjemahkan sebagai "hukum"). Dalam mitos Toraja, leluhur orang Toraja datang dari surga dengan menggunakan tangga yang kemudian digunakan oleh suku Toraja sebagai cara berhubungan dengan Puang Matua, dewa pencipta. Alam semesta, menurut aluk, dibagi menjadi dunia atas (Surga) dunia manusia (bumi), dan dunia bawah

Kekuasaan di bumi yang kata-kata dan tindakannya harus dipegang baik dalam kehidupan pertanian maupun dalam upacara pemakaman, disebut to minaa (seorang pendeta aluk). Aluk bukan hanya sistem kepercayaan, tetapi juga merupakan gabungan dari hukum, agama, dan kebiasaaan. Aluk mengatur kehidupan bermasyarakat, praktik pertanian, dan ritual keagamaan. Tata cara Aluk bisa berbeda antara satu desa dengan desa lainnya. Satu hukum yang umum adalah peraturan bahwa ritual kematian dan kehidupan harus dipisahkan. Suku Toraja percaya bahwa ritual kematian akan menghancurkan jenazah jika pelaksanaannya digabung dengan ritual kehidupan. Kedua ritual tersebut sama pentingnya. Ketika ada para misionaris dari Belanda, orang Kristen Toraja tidak diperbolehkan menghadiri atau menjalankan ritual kehidupan, tetapi diizinkan melakukan ritual kematian.




            b. SISTEM ORGANISASI KEMASYARAKAT DAN POLITIK


Keluarga adalah kelompok sosial dan politik utama dalam suku Toraja. Setiap desa adalah suatu keluarga besar. Setiap tongkonan memiliki nama yang dijadikan sebagai nama desa. Keluarga ikut memelihara persatuan desa. Pernikahan dengan sepupu jauh (sepupu keempat dan seterusnya) adalah praktek umum yang memperkuat hubungan kekerabatan. Suku Toraja melarang pernikahan dengan sepupu dekat (sampai dengan sepupu ketiga) kecuali untuk bangsawan, untuk mencegah penyebaran harta. Hubungan kekerabatan berlangsung secara timbal balik, dalam artian bahwa keluarga besar saling menolong dalam pertanian, berbagi dalam ritual kerbau, dan saling membayarkan utang.

Sebelum adanya pemerintahan resmi oleh pemerintah kabupaten Tana Toraja, masing-masing desa melakukan pemerintahannya sendiri. Dalam situasi tertentu, ketika satu keluarga Toraja tidak bisa menangani masalah mereka sendiri, beberapa desa biasanya membentuk kelompok; kadang-kadang, beberapa desa akan bersatu melawan desa-desa lain. Hubungan antara keluarga diungkapkan melalui darah, perkawinan, dan berbagi rumah leluhur (tongkonan), secara praktis ditandai oleh pertukaran kerbau dan babi dalam ritual. Pertukaran tersebut tidak hanya membangun hubungan politik dan budaya antar keluarga tetapi juga menempatkan masing-masing orang dalam hierarki sosial: siapa yang menuangkan tuak, siapa yang membungkus mayat dan menyiapkan persembahan, tempat setiap orang boleh atau tidak boleh duduk, piring apa yang harus digunakan atau dihindari, dan bahkan potongan daging yang diperbolehkan untuk masing-masing orang.


c.       SISTEM STRATIFIKASI

Kelas sosial

- Dalam masyarakat Toraja awal, hubungan keluarga bertalian dekat dengan kelas sosial. Ada tiga tingkatan kelas sosial: bangsawan, orang biasa, dan budak (perbudakan dihapuskan pada tahun 1909 oleh pemerintah Hindia Belanda). Kelas sosial diturunkan melalui ibu. Tidak diperbolehkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih rendah tetapi diizinkan untuk menikahi perempuan dari kelas yang lebih tinggi. Ini bertujuan untuk meningkatkan status pada keturunan berikutnya. Sikap merendahkan dari Bangsawan terhadap rakyat jelata masih dipertahankan hingga saat ini karena alasan martabat keluarga.

- Kaum bangsawan, yang dipercaya sebagai keturunan dari surga, tinggal di tongkonan, sementara rakyat jelata tinggal di rumah yang lebih sederhana (pondok bambu yang disebut banua). Budak tinggal di gubuk kecil yang dibangun di dekat tongkonan milik tuan mereka.

- Budak dalam masyarakat Toraja merupakan properti milik keluarga. Kadang-kadang orang Toraja menjadi budak karena terjerat utang dan membayarnya dengan cara menjadi budak.

d. KESENIAN

Tongkonan


Tiga tongkonan di desa Toraja.
Tongkonan adalah rumah tradisional Toraja yang berdiri di atas tumpukan kayu dan dihiasi dengan ukiran berwarna merah, hitam, dan kuning. Kata "tongkonan" berasal dari bahasa Toraja tongkon ("duduk").

Tongkonan merupakan pusat kehidupan sosial suku Toraja. Ritual yang berhubungan dengan tongkonan sangatlah penting dalam kehidupan spiritual suku Toraja oleh karena itu semua anggota keluarga diharuskan ikut serta karena Tongkonan melambangan hubungan mereka dengan leluhur mereka. Menurut cerita rakyat Toraja, tongkonan pertama dibangun di surga dengan empat tiang. Ketika leluhur suku Toraja turun ke bumi, dia meniru rumah tersebut dan menggelar upacara yang besar.



Ukiran kayu

Ukiran kayu Toraja: setiap panel melambangkan niat baik.
Bahasa Toraja hanya diucapkan dan tidak memiliki sistem tulisan. Untuk menunjukkan konsep keagamaan dan sosial, suku Toraja membuat ukiran kayu dan menyebutnya Pa'ssura (atau "tulisan"). Oleh karena itu, ukiran kayu merupakan perwujudan budaya Toraja.
dasar dari ornamen Toraja, karena alam penuh dengan abstraksi dan geometri yang teratur. Ornamen Toraja dipelajari dalam ethnomatematika dengan tujuan mengungkap struktur matematikanya meskipun suku Toraja membuat ukiran ini hanya berdasarkan taksiran mereka sendiri. Suku Toraja menggunakan bambu untuk membuat oranamen geometris.












Tempat penguburan Toraja yang diukir.
Dalam masyarakat Toraja, upacara pemakaman merupakan ritual yang paling penting dan berbiaya mahal. Semakin kaya dan berkuasa seseorang, maka biaya upacara pemakamannya akan semakin mahal. Dalam agama aluk, hanya keluarga bangsawan yang berhak menggelar pesta pemakaman yang besar. Pesta pemakaman seorang bangsawan biasanya dihadiri oleh ratusan orang dan berlangsung selama beberapa hari. Sebuah tempat prosesi pemakaman yang disebut rante biasanya disiapkan pada sebuah padang rumput yang luas, selain sebagai tempat pelayat yang hadir, juga sebagai tempat lumbung padi, dan berbagai perangkat pemakaman lainnya yang dibuat oleh keluarga yang ditinggalkan. Musik suling, nyanyian, lagu dan puisi, tangisan dan ratapan merupakan ekspresi duka cita yang dilakukan oleh suku Toraja tetapi semua itu tidak berlaku untuk pemakaman anak-anak, orang miskin, dan orang kelas rendah.



Sebuah makam.
Bagian lain dari pemakaman adalah penyembelihan kerbau. Semakin berkuasa seseorang maka semakin banyak kerbau yang disembelih. Penyembelihan dilakukan dengan menggunakan golok. Bangkai kerbau, termasuk kepalanya, dijajarkan di padang, menunggu pemiliknya, yang sedang dalam "masa tertidur". Suku Toraja percaya bahwa arwah membutuhkan kerbau untuk melakukan perjalanannya dan akan lebih cepat sampai di Puya jika ada banyak kerbau. Penyembelihan puluhan kerbau dan ratusan babi merupakan puncak upacara pemakaman yang diringi musik dan tarian para pemuda yang menangkap darah yang muncrat dengan bambu panjang. Sebagian daging tersebut diberikan kepada para tamu dan dicatat karena hal itu akan dianggap sebagai utang pada keluarga almarhum.



Musik dan Tarian

Suku Toraja melakukan tarian dalam beberapa acara, kebanyakan dalam upacara penguburan. Mereka menari untuk menunjukkan rasa duka cita, dan untuk menghormati sekaligus menyemangati arwah almarhum karena sang arwah akan menjalani perjalanan panjang menuju akhirat. Pertama-tama, sekelompok pria membentuk lingkaran dan menyanyikan lagu sepanjang malam untuk menghormati almarhum (ritual terseebut disebut Ma'badong). Ritual tersebut dianggap sebagai komponen terpenting dalam upacara pemakaman. Pada hari kedua pemakaman, tarian prajurit Ma'randing ditampilkan untuk memuji keberanian almarhum semasa hidupnya. Beberapa orang pria melakukan tarian dengan pedang, prisai besar dari kulit kerbau, helm tanduk kerbau, dan berbagai ornamen lainnya. Tarian Ma'randing mengawali prosesi ketika jenazah dibawa dari lumbung padi menuju rante, tempat upacara pemakaman.

Tarian Manganda' ditampilkan pada ritual Ma'Bua'.

Seperti di masyarakat agraris lainnya, suku Toraja bernyanyi dan menari selama musim panen. Tarian Ma'bugi dilakukan untuk merayakan Hari Pengucapan Syukur dan tarian Ma'gandangi ditampilkan ketika suku Toraja sedang menumbuk beras Ada beberapa tarian perang, misalnya tarian Manimbong yang dilakukan oleh pria dan kemudian diikuti oleh tarian Ma'dandan oleh perempuan. Agama Aluk mengatur kapan dan bagaimana suku Toraja menari. Sebuah tarian yang disebut Ma'bua hanya bisa dilakukan 12 tahun sekali. Ma'bua adalah upacara Toraja yang penting ketika pemuka agama mengenakan kepala kerbau dan menari di sekeliling pohon suci.

Alat musik tradisional Toraja adalah suling bambu yang disebut Pa'suling

Bahasa
Bahasa Toraja adalah bahasa yang dominan di Tana Toraja, dengan Sa'dan Toraja sebagai dialek bahasa yang utama. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional adalah bahasa resmi dan digunakan oleh masyarakat, akan tetapi bahasa Toraja pun diajarkan di semua sekolah dasar di Tana Toraja.
Ragam bahasa di Toraja antara lain Kalumpang, Mamasa, Tae' , Talondo' , Toala' , dan Toraja-Sa'dan, dan termasuk dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia dari bahasa Austronesia

Ciri yang menonjol dalam bahasa Toraja adalah gagasan tentang duka cita kematian. Pentingnya upacara kematian di Toraja telah membuat bahasa mereka dapat mengekspresikan perasaan duka cita dan proses berkabung dalam beberapa tingkatan yang rumit.


e. EKONOMI
Sebelum masa Orde Baru, ekonomi Toraja bergantung pada pertanian dengan adanya terasering di lereng-lereng gunung dan bahan makanan pendukungnya adalah singkong dan jagung. Banyak waktu dan tenaga dihabiskan suku Toraja untuk berternak kerbau, babi, dan ayam yang dibutuhkan terutama untuk upacara pengorbanan dan sebagai makanan. Satu-satunya industri pertanian di Toraja adalah pabrik kopi Jepang, Kopi Toraja.
Dengan dimulainya Orde Baru pada tahun 1965, ekonomi Indonesia mulai berkembang dan membuka diri pada investasi asing. Banyak perusahaan minyak dan pertambangan Multinasional membuka usaha baru di Indonesia. Masyarakat Toraja, khususnya generasi muda, banyak yang berpindah untuk bekerja di perusahaan asing. Mereka pergi ke Kalimantan untuk kayu dan minyak, ke Papua untuk menambang, dan ke kota-kota di Sulawesi dan Jawa. Perpindahan ini terjadi sampai tahun 1985. 

Kesimpulan:
Perubahan Kebudayaan dan Budaya Timur


masyarakat toraja tidak terus stuck,mereka terus berkembang mengikuti perkembangan yang ada semakin lama,dan terjadi juga pertukaran atau pencampuran budaya karena pengaruh budaya dari luar,semua demi terjalinnya dengan baik integrasi masyarakat dengan dunia 

Sumber: wikipedia.
                http://igosok.com/2013/11/kebudayaan-suku-toraja/
                http://kebudayaanindonesia.net/id/culture/1147/suku-toraja
                http://asiantribal.blogspot.com/2013/03/sejarah-asal-usul-suku-toraja.html

Tulisan ini disusun sebagai tugas softskill. (BAB 2 - IBD)
Penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun untuk tugas dimasa datang.

 




Senin, 17 Maret 2014

Manusia, Kebudayaan, dan Perubahan Perilaku



`   bab 2. tugas IBD
    
   Manusia, Kebudayaan, dan Perubahan Perilaku
Manusia, Kebudayaan, dan Perubahan Perilaku
Hubungan antara manusia dengan kebudayaan memiliki keterkaitan yang erat dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hampir semua kegiatan yang dilakukan oleh manusia berkaitan dengan kebudayaan. Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan suatu seni. Manusia sebagai mahluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dan dorongan nalurinya dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya untuk mempelajari keadaan sekitar dengan pengetahuan yang dimilikinya
Maka dari itu manusia dan kebudayaan terintegrasi satu sama lain dan sangat dibutuhkan oleh manusia untuk menjunjung nilai-nilai dalam kehidupan sosial yang dianut atau bisa juga sebagai norma dan acuan dalam melaksanakan kehidupannya.
a.     Manusia
Manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan paling sempurna.tidak seperti ciptaan Tuhan yang lain,Manusia di ciptakan Tuhan memiliki kebebasan,akal budi,dan hati nurani.banyak ilmu yang mendefinisikan manusia. Dalam ilmu biologi, manusia (Homo sapiens) adalah spesies hominid terakhir yang mempunyai ciri khas, yaitu otak yang relatif besar yang memampukan manusia untuk berpikir kedepan dan berimajinasi serta pemecahan masalah yang baik.Dalam ilmu sosial, manusia adalah makhluk yang tak dapat berdiri sendiri (makhluk sosial) meskipun terlahir sebagai makhluk individu.Sedangkan secara Ketuhanan, manusia memiliki karunia berupa akal, perasaan dan kehendak, yang mampu menciptakan teknologi, mengapresiasi seni, serta bertindak sesuai dengan moral yang dianutnya. Perasaan dalam diri manusia ada 2 macam, yaitu perasaan inderawi yang bergantung pada indera, juga terdapat pada makhluk lain. Perasaan rohani hanya terdapat pada manusia sebagai makhluk luhur, diantaranya:

  1. Perasaan intelektual
     Berhubungan dengan suatu rasa yang tidak cepat puas terhadap yang telah diraih dan ingin meraihnya lebih dalam lagi(pencapaian akhir)

   2. Perasaan religius
   hubungan manusia dengan Tuhannya sesuai kepercayaan yang dianut,hal ini hanya manusia dengan Tuhan sendiri yang mengetahui

   3. Perasaan sosial
     memiliki rasa untuk berbagi satu dengan yang lain,tidak dapat hidup sendiri,saling mengumpul/membentuk suatu kelompok berinteraksi satu dengan yang lain

   4. Perasaan diri
     Pemahaman bahwa ada sesuatu dalam diri seseorang yang membuatnya lebih berharga atau mungkin lebih rendah dari orang lain.

   5. Perasaan etis
     Seseorang secara alami merasa senang melihat atau melakukan hal yang dirasanya benar, dan juga sebaliknya.

   6. Perasaan estetika
     Berkenaan dengan perasaan manusia untuk mengapresiasi dan bahkan turut serta dalam keindahan berbagai macam karya seni yang disukainya.

b. kebudayaan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Dalam bahasa Sansekerta, budaya berasal dari kata budhayah yang berarti akal atau budi.Sedangkan dalam bahasa latin adalah colere, yang berarti mengolah tanah. Jadi secara sederhana kebudayaan adalah hasil pikiran dan tindakan manusia untuk mengolah tanah dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya. Kata "tanah" disini bisa juga berarti alam. Begitu juga dengan seorang tokoh bernama C. Cluckhohn dalam karyanya Universal Categories of Culture mengemukakan tentang 7 unsur kebudayaan universal:

1.      Sistem Religi
Manusia menyadari adanya Tuhan sebagai penguasa dan sebagai pencipta,langit bumi,beserta isinya,maka dari itu munculah kepercayaan yang dianut manusia yaitu agama

   2. Sistem organisasi kemasyarakatan
     Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu manusia mengumpul menjadi satu dan dapat membentuk suatu organisasi/kumpulan

   3. Sistem pengetahuan
Kemampuan manusia di segala bidang dan disampaikan kepada sesamanya baik secara lisan maupun tulisan dan sangat bermanfaat satu sama lain

   4. Sistem mata pencaharian dan ekonomi
     Merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sebagai makhluk ekonomi.

   5. Teknologi dan peralatan
     Ciri khas manusia salah satunya adalah memanfaatkan alat-alat untuk mempermudah kehidupannya. Demi kemajuan dalam suatu kehidupan

   6. Bahasa
    Cara manusia untuk berkomunikasi menggunakan kode kemudian disempurnakan membentuk bahasa dan tulisan,sehingga tercapai suatu yang diinginkan



   7. Kesenian

     Apabila kebutuhan manusia tercukupi maka manusia akan mencukupi kebutuhan psikisnya melalui nilai estetik dalam bentuk berbagai macam seni, misalnya musik dan tari.


Perubahan Kebudayaan

Sejatinya kebudayaan dan manusia selalu berubah, bahkan kebudayaan primitif pun akan mengalami perubahan, cepat atau lambat, apabila terjadi kontak dengan masyarakat luar.

Secara sederhana, ada 2 faktor yang menyebabkan kebudayaan mengalami perubahan.

   1. Faktor internal, yaitu sebab-sebab yang berasal dari masyarakat itu sendiri. Misalnya perubahan situasi politik dalam negeri, inovasi dan perkembangan teknologi, serta perubahan jumlah dan komposisi penduduk.

   2. Faktor eksternal, yaitu sebab-sebab yang berasal dari luar atau yang diluar kendali manusia. Misalnya bencana alam, perubahan iklim, serta kontak dengan masyarakat dan kebudayaan lain.

Perubahan semakin cepat terjadi bila sifat masyarakat mendukung. Sifat inklusif dan keterbukaan, serta letak geografis (seperti negara Indonesia yang terletak di jalur perdagangan internasional) adalah beberapa contohnya. Perubahan yang ditimbulkan dapat saja berupa perubahan kecil (seperti gaya busana yang selalu mengikuti tren terbaru) sampai perubahan besar (misalnya perubahan bentuk negara serta diterima dan diterapkannya ideologi asing).


C. Hubungan Manusia dan Kebudayaan serta Bagaimana Waktu Mengubah Kita


Saya akan menjabarkan beberapa contoh konkrit amat bahwa perkembangan unsur-unsur budaya, diantaranya teknologi,globalisasi telah mengubah manusia,sbb:

1.     1.  Pada dasarnya sebagian besar masyarakat indonesia memiliki budaya “konsumtif” terhadap suatu barang/alat/jasa baru yang sangat tinggi, maka dari itu produk-produk dari luar negri pun semakin banyak yang masuk ke indonesia karena permintaan yang begitu banyak. Hal ini lama kelamaan akan berakibat kurangnya “kecintaan” terhadap produk dalam negri,dan produksi-produksi dalam negri pun mulai tersisihkan dan bisa berdampak pada pendapatan-pendapatan di wilayah indonesia menurun

2.     2.  Mental manusia indonesia yang semakin lama sebagian besar perlu dirubah,yang awalnya sebagian besar konsumtif,di harapkan bisa menjadi produktif,memiliki inovasi yang tinggi,ide-ide brilliant banyak muncul,mampu menciptakan lapangan pekerjaan,dll. Jika hal ini terjadi ekspor barang dari luar negri berkurang,pendapatan masyarakat sudah pasti akan meningkat,rasa cinta terhadap produk dalam negri meningkat,dan negara ini menjadi lebih sejahtera.

3.      3. Rasa cinta terhadap budaya sendiri menurun. Disebabkan karena kurangnya filter terhadap budaya-budaya asing yang masuk ke negeri ini, maka dari itu perlu diimbangi lagi agar budaya asli pada bangsa ini tetap lestari sepanjang masa. Bisa dilakukan dengan memberikan pelajaran di tempat belajar (sekolah,kampus,sanggar,tempat les,lembaga,dll) atau bisa juga dengan sering mengadakan kontes musik tradisional dari seluruh penjuru suku yang ada di indonesia.

4.     4.  Globalisasi. Globalisasi membuat masyarakat lebih efektif dalam melakukan segala hal seperti mendapatkan informasi,berita,dengan sangat cepat dan akurat. Namun globalisasi juga membawa manusia kearah yang lebih individualis. Rasa sosial yang timbul semakin berkurang,seperti masyarakat yang lebih cenderung bergaul pada social media di dunia internet,ketimbang bergaul dengan orang-orang yang dekat dengan ia tinggal.

 jadi itulah perubahan-perubahan budaya yang terjadi dari waktu ke waktu semua memang terjadi karena telah diatur,namun apapun akibat nya nanti kita tidak tahu,biar kan smua berjalan sesuai dengan masanya. tetapi balik lagi kita harus tetap mempertahankan,menjaga,melestarikan bangsa ini agar semakin maju,sejahtera karena semua ini berdampak pada penerus kita kelak













---------------------------------------------------
Tulisan ini disusun sebagai tugas softskill.
Penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang membangun untuk tugas dimasa datang.